Untuk yang tersayang dan tak akan pernah tergantikan di hati.
Bu, sejak seminggu terakhir ini kondisimu melemah, bahkan untuk sekedar berbicara lewat telepon atau video call tampak sangat berat buatmu, kuputuskan untuk membuat tulisan ini agar Ibu bisa mendengar banyak celotehanku seperti sebelum kondisi Ibu seperti sekarang. Berat sekali rasanya seminggu terakhir ini memikirkan Ibu di rumah terbaring lemah dan aku tidak bisa berada di sana untuk menemani. Bukan aku tak mau pulang ke rumah, Bu. Aku sangat ingin, tapi aku yakin Ibu tahu alasannya.
Bu, hari selasa, tanggal 20 Desember 2022 pukul 22.06 WITA, aku mulai menulis ini. Ibu pasti ingat dan akan selalu ingat kalau besok adalah tanggal saat aku dilahirkan 33 tahun yang lalu. Bincang-bincang kita di telepon tadi setelah waktu sholat Maghrib, Ibu sempat menyinggung ingin memberiku sesuatu dengan mengatakan minta maaf masih tidak bisa memberikan apa-apa karena kondisi sakit. Jujur dalam hati, Bu, aku sedih mendengarnya. Bukan karena aku tahu Ibu sedang tidak kuasa melakukan apapun akhirnya tidak bisa memberikan hadiah di hari spesialku, tapi karena betapa Ibu selalu berusaha membuatku bahagia meski dalam keadaan terlemah sekalipun. Hatiku menangis mengetahui betapa kasih sayang dan kepedulian Ibu memang tiada batas.
Maafkan aku, Bu, yang dulu pernah membantah pepatah terkenal yang pernah Ibu sampaikan kepadaku: Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Dulu aku menyangkalnya dan bilang hal itu belum tentu benar. Tapi sekarang aku menyadari, pepatah tersebut akurat sekali kebenarannya. Dalam kondisi terlemahmu, kau masih sempat bilang ingin memberikanku sesuatu di hari spesialku. Maafkan aku, Bu, yang dulu pernah menjadi sok lebih pintar kemudian membantah apa yang kau ucapkan.
Bu, 33 tahun yang lalu, ingatkah Ibu sangat merasa bahagia akan melahirkan anak pertama yang sangat ditunggu-tunggu? Setidaknya itulah yang aku bayangkan dari cerita-cerita Ibu yang selalu membanggakanku waktu kecil. Aku membayangkan senyum Ibu waktu itu sambil meringis menahan sakit kontraksi di perut. Ayah pasti juga dengan perasaan bahagia bercampur cemas sangat siaga mengurus segala keperluan bersalin Ibu. Ibu pun pasti juga sangat cemas karena memang kelahiranku adalah proses persalinan pertama yang Ibu alami. Dan setelah aku lahir, semua kecemasan seluruhnya luruh digantikan bahagia yang luar biasa. Ah, saat itu pasti Ibu juga menitikkan air mata tanda terharu dan cinta. Ayah pun pasti demikian berada di samping Ibu sambil memelukmu dan memandangiku yang baru saja menyapa dunia dengan tangisan.
Rasa bahagia Ibu dan Ayah waktu itu, selalu aku bayangkan, Bu, setiap tanggal kelahiranku datang. Rasa bahagia itu, kujadikan bahan bakar pembaharuan diriku agar menjadi anak yang Ibu dan Ayah impikan. Dan di ulang tahunku yang ke 33 ini, aku ingin sekali rasa bahagia 33 tahun silam bisa Ibu ingat kembali dan menjadi bahan bakar Ibu untuk selalu semangat sembuh dan pulih. Rasa bahagia Ibu waktu melihatku pertama kali, rasa bahagia Ibu waktu mendengar suaraku pertama kali, rasa bahagia saat bersamaku, anakmu, rasakan bahagia itu, Bu. Sekarang, anak yang engkau lahirkan 33 yang lalu sudah memberikanmu cucu. Aku yakin Ibu pasti bahagia dengan itu. Maka dari itu, Ibu harus selalu semangat, semangat sembuh. Aku masih ingin memberikan banyak kebahagiaan lain untuk Ibu. Kedua anakku, cucu-cucu Ibu yang selalu Ibu belikan sesuatu meski jauh, pasti menanti Uti-nya bisa bercanda lagi dengan mereka.
Bu, maafkan aku yang selama ini kadang membuat kesal bahkan kecewa. Padahal, 33 tahun yang lalu, aku yakin Ibu pasti tidak membayangkan hal itu terjadi karena do'a Ibu selalu baik dan harapan Ibu selalu yang terbaik untukku bukan hanya 33 tahun lalu, setiap tahun bahkan setiap hari bahkan setiap detik sejak aku lahir sampai sekarang. Aku yakin itu. Tidak sepertiku yang kadang sibuk dengan urusan sendiri sampai lupa memberi kabar kepada Ibu.
Tapi lewat tulisan ini, aku ingin memberitahumu sedikit rahasia. Sejak aku dikaruniai buah hati, do'aku untuk Ibu, hampir tidak pernah terputus. Keadaan tersebut membuatku merasakan bagaimana hebatnya lika-liku merawat dan membesarkan anak. Akhirnya aku paham bagaimana perasaan dan usaha Ibu dan Ayah waktu itu. Dan do'aku adalah wujud bersyukur kepada Alloh dan terima kasihku kepada Ibu dan Ayah yang sudah menjadi orang tua yang luar biasa. Dengarkan sekali lagi, Bu. Ibu dan Ayah adalah orang tua yang luar biasa!
Do'aku selalu, Ibu sehat dan bahagia. Do'a terbesarku saat ini adalah Ibu sembuh. Aku mohon Ibu selalu semangat untuk sembuh apapun yang terjadi. Kalau Ibu sedang patah semangat, bayangkan wajahku, wajah menantumu dan cucu-cucumu yang selalu menunggumu untuk kembali ceria.
Bu, di usiaku yang 33 tahun sekarang, aku tidak memerlukan hadiah apapun dari siapapun, karena aku sudah mendapatkan hadiah terbesar yang pernah aku terima, yaitu kesadaran, bahwa pelajaran-pelajaran yang telah kau berikan baik dari perkataan maupun yang engkau lakukan, adalah peganganku, petunjuk jalanku, untuk menjalani hidup yang ternyata sangat melelahkan. Sungguh, kupikir yang akan membantuku adalah buku-buku yang sering kubaca, video-video yang sering aku tonton, atau sumber pengetahuan lainnya. Ternyata aku salah, Bu. 32 tahun aku hidup di dunia ini, selama itu juga aku tidak menyadari bahwa nasihat-nasihat Ibu yang menuntunku pertama menuju arah-arah kebaikan, dan perkataanmu menjadi pegangan yang selalu menguatkan, serta kisah-kisah yang pernah Ibu ceritakan selalu menjadi motivasiku ketika aku benar-benar merasa tak berdaya.
Maka dari itu, aku mohon, Bu, Ibu harus selalu semangat sembuh. Karena aku akan selalu membutuhkan wejangan dari Ibu, membutuhkan do'a dari Ibu, membutuhkan kisah-kisah yang lain yang belum sempat Ibu ceritakan. Aku membutuhkan Ibu.
Ayo semangat, Bu. Ibu pasti bisa sembuh. Ibu tenang saja, aku juga bantu memintakan kesehatan dan kesembuhan Ibu kepada Alloh. "Ya Alloh, hamba mohon pulihkanlah kesehatan Ibu dan angkatlah segala macam penyakit yang ada di Ibu. Hamba mohon, Ya Alloh. Amiiin."
Bu, segini saja ya tulisanku, agar Ibu tidak capek membacanya. Semoga dengan tulisan ini, Ibu bisa mendengarku cerita panjang lebar seperti biasanya di telepon. Semoga suaraku yang dalam bentuk tulisan ini bisa menjadi penyemangat sekaligus do'a untuk Ibu. Sayangku selalu untuk engkau yang melahirkanku 33 tahun lalu dengan penuh rasa cinta dan kasih. Terima kasih Ya Alloh sudah menjadikan wanita bernama Lilik Muslimah sebagai salah satu pintu surga untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar