Rabu, 14 Desember 2022

Musik Haram

 Istriku adalah penggemar berat sinetron di SCTV yang berjudul Takdir Cinta Yang Kupilih (Entah kenapa semua sinetron harus ada kata "cinta"nya, Cinta Setelah Cinta, Cinta Karena Cinta, Ikatan Cinta, cinta ini, cinta itu, cinta monyet, cinta kambing, deeeh, bikin mual). Dan yang menjadi original soundtrack sinetron tersebut adalah lagu milik Budi Doremi yang berjudul Mesin Waktu. Kira-kira begini lirik bagian reff-nya :


Jika aku bisa, ku akan kembali
Ku akan merubah takdir cinta yang kupilih
Meskipun tak mungkin, walaupun ku mau
Membawa kamu lewat mesin waktu

Saking ngefans-nya sama sinetron tersebut, lagu tersebut pun sangat menempel di kepala istriku. Sering kali dalam keadaan hatinya sedang baik, dia bernyanyi lagu kesukaannya. Yang biasanya menyanyi lagu-lagu Guns N Roses, Westlife, atau lagu-lagu barat lainnya, sekarang malah lagu itu yang dinyanyikan. Dengan "pede"nya, suara lepas, tak peduli suara in tune atau tidak, mulailah bagian reff lagu milik Budi Doremi dilantunkan.

"Andai aku bisaaa, ku akaaaan kembaliiii,"

Aku kaget. Lirikanku sinis. Apaan sih, komentarku dalam hati.

"Kuakaaan merubaaaah, takdir cintaaa yang kupiliiiih."

Nadanya mulai lepas dari pakem Budi Doremi. Lirikanku jadi lebih sinis, mengarah ke menghina.

"Meskipun taaak mungkiiiiin, walaupun kumauuuu auu auuu auuu."

Bukan hanya nadanya lepas, gerakannya pun juga lepas menirukan penyanyi sedang konser dan berpura-pura memegang microphone.

"Membawa kamuuu, lewaaat mesiiiin waktuuuuuuu."

Menyelesaikan reff tersebut membuat wajah istriku puas. Dengan nyengir menyadari kalau suaranya lantang dan nadanya loncat sana-sini, dia bilang kepadaku:

"Say, kalau Budi Doremi denger aku nyanyi, kayanya dia kecewa ya lagunya dinyanyikan sama aku. Hahahaha." Sambil ketawa-ketawa sendiri.

Eh, nyadar ternyata, cemoohku tanpa terucap. Aku menanggapi pernyataannya dengan tersenyum tanggung dan balik berkomentar.

"Itulah kenapa musik itu haram." Satu kalimat yang terlontar dariku membuatnya diam sejenak.

"Kok bisa? Maksudnya?" Tanya istriku belum menangkap apa yang kumaksud.

"Ya karena yang nyanyiin fals, kayak Sayang itu dah."

Awalnya masih bingung dengan apa yang ku katakan. Tapi akhirnya mengerti kalau sedang disindir dan cubitan manja mendarat beruntun di bagian sana-sini tubuhku. Aku juga berusaha menghindar meskipun tidak berhasil sambil tertawa puas sudah menggodanya. Hahahaha.

"Dasar suami tidak mendukung istri." Ucapnya masih dengan mencubitiku dan ekspresi ngambek-ngambek manja. Daripada badanku sakit semua, akhirnya aku kabur dan menuju teras rumah.

Aku mulai menyulut satu batang rokok. Sambil duduk dan menghisap asap rokok penuh nikmat, aku merasakan ringannya hati setelah kami tertawa bersama saling menggoda. Adegan tadi adalah salah satu dari sekian cara kami untuk memesrakan hubungan. Sering sekali kami saling mengolok-ngolok kelemahan masing-masing, tapi sambil tertawa dan bercanda.

Di tengah lamunan, dari teras, aku mendengar lagu itu diputar lagi lewat mulut istriku.

"Andai aku bisaaaa," lanjutnya bernyanyi lagi dengan makin lantang. Astaga, kukira sudah sadar, ternyata masih khilaf. Aku cuma bisa geleng-geleng kepala dan tersenyum lebar mengingat kelucuan yang dia hadirkan selalu membuatku semakin cinta kepadanya. Dialah takdir cinta yang kupilih. Asek asek jos!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pria Pembawa Petaka

 Hatinya pilu. Ingin menangis tapi dia merasa dia adalah pria tangguh. Buat apa menangis hanya karena wanita? Menangis hanya untuk pria lema...